Galang rambu anarki anakku
Lahir awal Januari menjelang pemilu
Galang rambu anarki dengarlah
Terompet tahun baru menyambutmu
Galang rambu anarki ingatlah
Tangisan pertamamu ditandai BBM melambung tinggi
Awal Januari 2015 ditandai oleh pemerintah Indonesia dengan menurunkan harga premium yang awalnya Rp. 8.500 menjadi Rp. 7.600. Saya sendiri sudah membuktikan harga terbaru ini dengan membeli premium di SPBU Tegowanu. Sayang sekali print outnya habis jadi saya tidak bisa memberikan bukti.
Nah, karena harga yang diberikan oleh pemerintah untuk premium ini tergolong ganjil, maka saya termasuk yang setuju dengan membeli premium atau BBM yang lain di SPBU dengan menyebutkan angka/nominal uang seperti yang diutarakan oleh pak Eko. Walaupun memang saya juga sudah membiasakan ini sejak lama.
Mengapa kita lebih baik menyebutkan nominal angka ketika membeli BBM? Jawabannya sangat sederhana, ketika kita membeli 1 liter premium dengan harga Rp. 7.600 kemudian kita membayar dengan uang Rp. 10.000 maka ini hanya akan memperlambat petugas memberikan kembalian. Apalagi misal antrian panjang, biasanya kembalian Rp. 200 atau Rp. 300 tidak diberikan oleh oknum petugas SPBU. Bayangkan saja jika ada 100 pelanggan yang tidak diberi kembalian, akan ada berapa jumlah rupiah yang masuk ke kantong oknum tersebut.
Nah, pembelian BBM dengan menyebutkan nominal angka seperti ini lebih baik kita terapkan untuk meminimalisir kecurangan oknum petugas SPBU. Bahkan, pernah saya membaca tips untuk membeli BBM dengan jumlah uang yang ganjil, bukan Rp. 10.000, Rp. 20.000, atau Rp. 50.000 dan yang genap lainnya. Tapi beli BBM dengan jumlah ganjil misal Rp. 18.500, Rp. 32.500, dan lain-lain. Saya sendiri belum pernah mencoba minta print out untuk yang ini, tapi memang harus dibuktikan.
Kok di tulisan ini ada lirik lagu Galang Rambu Anarki nya Iwan Fals, banyaj yang menyayangkan turunnya harga premium ini bukanlah turun secara nyata. Tapi, karena sebelumnya harga premium Rp. 6.500 kemudian naik menjadi Rp. 8.500 kemudian turun lagi menjadi Rp. 7.600 maka sejatinya harganya tetap naik. Untuk yang ini saya tidak memberikan komentar.
Nah, karena harga yang diberikan oleh pemerintah untuk premium ini tergolong ganjil, maka saya termasuk yang setuju dengan membeli premium atau BBM yang lain di SPBU dengan menyebutkan angka/nominal uang seperti yang diutarakan oleh pak Eko. Walaupun memang saya juga sudah membiasakan ini sejak lama.
Mengapa kita lebih baik menyebutkan nominal angka ketika membeli BBM? Jawabannya sangat sederhana, ketika kita membeli 1 liter premium dengan harga Rp. 7.600 kemudian kita membayar dengan uang Rp. 10.000 maka ini hanya akan memperlambat petugas memberikan kembalian. Apalagi misal antrian panjang, biasanya kembalian Rp. 200 atau Rp. 300 tidak diberikan oleh oknum petugas SPBU. Bayangkan saja jika ada 100 pelanggan yang tidak diberi kembalian, akan ada berapa jumlah rupiah yang masuk ke kantong oknum tersebut.
Nah, pembelian BBM dengan menyebutkan nominal angka seperti ini lebih baik kita terapkan untuk meminimalisir kecurangan oknum petugas SPBU. Bahkan, pernah saya membaca tips untuk membeli BBM dengan jumlah uang yang ganjil, bukan Rp. 10.000, Rp. 20.000, atau Rp. 50.000 dan yang genap lainnya. Tapi beli BBM dengan jumlah ganjil misal Rp. 18.500, Rp. 32.500, dan lain-lain. Saya sendiri belum pernah mencoba minta print out untuk yang ini, tapi memang harus dibuktikan.
Kok di tulisan ini ada lirik lagu Galang Rambu Anarki nya Iwan Fals, banyaj yang menyayangkan turunnya harga premium ini bukanlah turun secara nyata. Tapi, karena sebelumnya harga premium Rp. 6.500 kemudian naik menjadi Rp. 8.500 kemudian turun lagi menjadi Rp. 7.600 maka sejatinya harganya tetap naik. Untuk yang ini saya tidak memberikan komentar.
jadi keinget ini.. bbm kita ga turun2
BalasHapus